Lumrah-lumrah saja
Sekarang rumah diramaikan oleh Bu Ti yang selalu datang jam setengah tujuh pagi. Bu Ti membantu kami berbenah rumah, hal yang sebetulnya bisa kami kerjakan setiap hati tanpa kesulitan. Selain berbenah rumah, Bu Ti juga membantu mecuci pakaian dan menyetrika. Alasan mengapa ada Bu Ti, bukanlah karena bebenah rumah dan mencuci, tetapi menyetrika.
Menyetrika, merapikan pakaian bersih-kering dengan mengilas pakaian dengan alat yang panas dan berat (….????...). Supaya licin dan rapi, pakaian disetrika mulai bagian kerah, lengan, bagian belakang dan depan. Huih…..membayangkannya saja capek, apalagi ngerjain! Capek deh pokoknya. Momok bagiku dan Depete adalah MENYETRIKA! Dan penyelesaiannya adalah----ttaaaddaaaa--- BU TI. Cuman Bu Ti ndak mau kalo hanya nyetrika saja, ya udah, bebenah rumah dan nyuci sekalian sudah menjadi tanggungjawabnya.
Masak…itu masih tanggungjawabku! Tenang saja, semua orang di rumah hanya punya 2 kriteria makanan: enak dan enaaakkk sekali! Asal gurih dan pedas….pasti abisss.
Pagi ini, roh-ku belum penuh hinggap ke raga, bu Ti sudah datang, menyapa akrab, ‘pagi bu…..’ hehehe…dia selalu berekspresi bahagia.
Sambil masak pagi, aku ngobrol dengan bu Ti, yang sedang mencuci pakaian.
‘Bu Ti tadi malem lihat kebakaran?’
‘Iya, buanyak kok Bu yang nonton.’
‘katanya banyak barang yang dicuri.’
‘Begitu pintu depan tokonya dibuka, langsung diserbu orang Bu. Bukan membantu, malah menyelamatkan barang ke rumah masing2! Bu ember biru dimana?’
‘Di sini Bu Ti, dapur bocor pas hujan malem minggu.’
‘Iya, Bu, pas hujan saya ada di RS Bethesda. Kemanakan saya meninggal, masih umur sebulan?’
‘OO….inallilahi. kenapa Bu?’
‘Keracunan air ketuban ibunya. Sekarang itu rumah sakit menakutkan ya Bu. Orang sehat bisa sakit di sana! Yang sakit malah mati! Malpraktek koyo-e wis lumrah!!’
Aku diam saja walau aku setuju dengan dia. Semua sudah biasa di Indonesia, lumrah adanya jika demam berdarah selalu mewabah diakhir tahun, lumrah juga kalo kecelakaan pesawat dan KA terjadi, ya harap maklum klo lapangan golf lebih penting dari pada konservasi air danau Toba, jangan protes jika BBM naik atas nama subsidi pendidikan, diam sajalah jika perguruan tinggi negeri semakin tidak terjangkau, sudah nasip jika tsunami menerjang sebagian wilayah barat Sumatra dan ya..selumrah gaji DPR yang harus dinaikkan, sekalian dengan tunjangannya, sama saja dengan siaran TV yang hingga kini masih mengumbar kekerasan, mistik dan kemewahan!
Jangan heran kalo TKI illegal selalu ada, karena hidup disini penuh dengan ke-lumrahan. Apalagi dengan pulau yang selama ini di’biar’kan, lumrah to klo dicamplok orang lain!
Dari ruang tengah, Depete membaca koran nasional sambil minum teh, melalap informasi yang kadang tidak memuaskan baginya. Komentarnya tidak pernah usai, mulai dari pulau yang dicaplok hingga sepak bola.
Aku tetap diam, karna ‘itu’ juga lumrah.
No comments:
Post a Comment