Jumat, 25 Maret 2005
The Passion of the Christ.
Sebuah film yang menggambarkan prosesi penyaliban Yesus, mulai doa di taman Getsemani hingga kebangkitan pada hari ke-3. Aku tuh nonton setelah setahun setelah peluncurannya.
Hmmm, because of one untouchable reason: I was not ready.
Semua berkumpul di ruang keluarga dan menonton bersama.
Diakhir tayangan, aku bergumam, film ini tidak akan selesai jika dikerjakan dengan pikiran manusia saja. Aku percaya, Mel Gibson pasti sudah bergumul panjang, berkomunikasi dengan Allah untuk maha karya ini; tentang Skenario (plot flash-back yang apik), pemilihan aktor dan aktris, setting, lokasi syuting, properti dan banyak lagi.
Now, I’m ready my LORD.
[jauh sebelum ada film ini, aku pernah baca buku ‘kain kafan’. Aku lupa dapat dari mana, dipinjamkan ato dari perpustakaan gitu. Wah aku bener-bener lupa. Dibuku itu dijelaskan tentang polemik sebuah kain kafan yang diduga adalah kain kafan yang dipakai Yesus. Pada kain itu terlihat jelas postur tubuh mayat yang pernah dibalutnya.
Kain itu diuji dan dianalisis dengan berbagai metoda, baik fisika, kimia dan biologi. Yang aku ingat adalah penjelasan bahwa siapapun yang pernah dibalut dengan kain itu, kain kafan itu tidak terlePas secara ‘biasa’ dari tubuhnya. Sebab dari uji kimia, tidak diperoleh bekas kegiatan ‘pengelupasan’, dari uji fisik dijelaskan, jika ada bekas seperti yang terekam di kain tersebut, maka terlepasnya tubuh dari kain membutuhkan kecepatan secepat cahaya.]
No comments:
Post a Comment