Tuesday, October 11, 2005

Short Message Service

Thanks for SMS...

Jika tanpa SMS, maka aku tak akan tahu khabar kesehatan mama.
begini SMS-nya:

HORAS BAH! BBM naik, hidup tambah SIMANUNGKALIT, PANDAPOTAN MANURUNG, trus banyak SIHOTANG, hidup bagaikan mendaki TOBING, tak ada HARAHAP, kepala pusing sampai SIBUTAR-BUTAR, rambut rontok dan nyaris POLTAK, jumlah rakyat miskin sudah PANGARIBUAN, anak2 menangis sampai MARPAUNG paung, otak sudah SITOMPUL, tapi kita musti sabar SITORUS, jangan sampai putus HARAHAP, minta PARLINDINGAN supaya BONAR2 selamat.


Baca selanjutnya disini

Tuesday, October 04, 2005

sampah CERITA



Pernahkan kamu dikejutkan hal yang sebetulnya tidak mengandung
kejutan?

Depete sakit, so he must see a doctor, TNE (THT-in-indonesia). Ada sampah yang menyumbat di telinga kanannya.
Pagi-pagi, telpon ke RS.Panti Rapih, dianjurkan untuk langsung datang saja. Tapi ketika kita sampai, si Dokter sudah tidak ada di tempat. Disarankan untuk ganti dokter, yang prakteknya jam 14.00. OKS...we agree (cause no other choises).

Jam 13 kurang, Depete sudah datang ke kantor, minta ditemani. Kenapa ya klo ke dokter kurang-asyik klo gak ditemani?! Segitu-gitunya, sehingga preman pun mungkin minta ditemani. "Huah..."
jalanan sangat panas dan sangat rammmaaiiii... terutama perempatan Galeria. Aku kaget luar biasa.... tidak siap dengan kondisi-sangat-tidak-nyaman-itu. HUAH -lagi-, aku dah lama tidak berada di jalan jam segini!

Setelah nunggu sekitar 15 menit, sang suster pun memanggil nama lengkap Depete, "Pak Hendra Dapot Kristinov, silahkan masuk!"

Dengan clearly-body-language, Depete 'memaksa'ku masuk ke ruang praktek dokter. OK-OK... akupun mempersiapkan mental melihat sampah-yang-akan-dikeluarkan-dari-telinga-depete.

Si dokter, sangat telaten dengan senter nempel di jidatnya, ngintip-ngintip di lubang telinga Depete, sedangkan sang pasien meringis-ringis. Sambil ngajak ngobrol Depete, si dokter ngubek-ubek telinga dan hasilnya sampah pun dikeluarkan. Sambil senyum, sang Dokter noleh ke aku sambil berkata, "mas-e tegang banget!" Aku mung mesem-asem!

Kesimpulan sang dokter, si-telinga, masih kudu ditetesi lagi, sampe sampahnya lunak dan bisa diangkut semua. Obat tetesnya ditambahi dengan obat pengurang rasa sakit.

Sambil nunggu bayar resep, aku dan depete ngobrol [iya-lah, emang musuhan, diem-dieman]. Setelah namanya di panggil, Depete datang dengan kuitansi, yang bertuliskan Rp 100,700.-. Huah-lagi-lagi-, what's the price? kuteliti item-per-item, apa saja yang harus dibayar, hingga angkanya berjumlah seratus sekian. Oh-iya...biaya sang dokter sudah 'mahal' dengan obat yang sangat patent (gak ada keterangan berbahasa indonesia)

"Bang-bang, penyakit lo apa sih? lebih mahal dari pada tambal gigi [what's a comparison]?"
"Gemana klo fans-fans lo tau ye," lanjutku sambil geleng2 kepala.

"Hih, biasa aja Meng! Lagian siapa pun bisa aja kena ini penyakit. Kagak ada musimnya, tau", sahutnya ketus-asli-, "Lu tinggal nunggu giliran kok!"

"tadi duwit buat mbayar tak ambil dari dompetmu", lanjutnya dengan tenang, sambil beranjak dari duduknya.

Huah...! mati aku!

Dasar Depete!

Pesan moral:
  • Jangan ngeremehin penyakit, tuh Depete, ke dokter setelah seminggu kupingnya sakit, edan kan!
  • Jangan pernah mengira sakit itu murah!
  • Jangan serahkan dompetmu pada sang pasien, lihat pesan ke dua! Dia bisa menguras isinya.
kalau tidak, kau akan terkejut untuk hal yang sangat-sangat-biasa-sekali!


Saturday, October 01, 2005

aku 'merasa' diriku sakit

kepala
mules pengen huek
lemes-arep pingsan

aku benci menunggu!