Pagi-pagi sudah sedih, karena Mommy dan Ulrich pulang ke Jerman hari ini. Walau sedih, air mata tidak mengalir, karena yakin pasti ketemu lagi.
2 hari perjalanan menemani Mommy, sungguh gembira. Terutama jika ‘stubborn’ nya keluar. Contohnya, ketika pengunjungi Prambanan, Mommy langsung memutuskan untuk tidak mau masuk ketika tau harga ‘bule’ 10$, Rp. 90.000,-. Dia bilang itu tidak sebanding! [pribumi bayar 7000 rupiah aja]
Sebagai obatnya, aku ngajak Mommy ke candi Plaosan, sebuah candi di Timur Prambanan, yang belum dipugar rapi. Halaman/pelatarannya dijadikan lapangan sepak bola oleh anak-anak kampong. Dua candi utama dengan ruin-ruin candi kecil di sekelilingnya.
*photonya ada di Mommy, klo dah dikirim akan dipublikasikan*
Sambil keliling, Mommy motret candi, anak-anak yang main bola, sawah, gunung merapi, aku, Ricky dan Bertus, sambil ngomel dan mengeluh, dengan bahasa yang campur aduk inggris-jerman dengan dialek münchen. *terjemahannya* siapa yang merelokasi candi itu? Oleh eropah bukan? Dari UNCESCO! Kenapa orang ‘bule’ masuk dengan bayaran yang sangat tinggi. Dengan bayaran yang sangat tinggi harusnya banyak informasi yang pasti didapat. Eh, jangan menganggap saya pelit, Imel! Saya hanya realistis, apakah uang 10$ akan mensejahterakan pegawainya? Saya rasa tidak!!! Bla-bla-bla….
Hehehehe…Mommy juga sangat mengagumi Plaosan, tempatnya sagnat indah, dikelilingi sawah hijau, perumahan penduduk lokal dan siluet gunung merapi. tanyanya mengapa tidak dipugar seperti Prambanan. Juru kunci menjawab, bantuan dari UNESCO dah putus. Lalu Mommy ngomel-ngomel lagi. Kami hanya senyum-senyum maklum *bisakan membayangkannya*.
Ke Borobudur adalah tujuan utamanya, setelah ‘gagal’ masuk Prambanan. Mommy rela membayar 10$ untuk sebuah
Sumpah! Gue belon pernah ngiderin
Mungkin itu disebabkan perbedaan harga juga, 10$ dengan 7000 rupiah, yaaaa beda banget
Miss U already Mommy Inggrid
No comments:
Post a Comment