Thursday, February 10, 2005

BADAI TROPIS

Hujan badai tropis itu tidak terjadi. Seminggu sebelum hari ini, koran local, Koran nasional, TV nasional memberikan informasi bahwa ada segumpalan awan akan bergerak kearah Jogjakarta dan akan menimbulkan badai tropis pada tanggal 9-10 februari 2005. Kabar itu dipertegas oleh seruan Sultan untuk masyarakat tetap waspada terhadap segala gejala alam pada tanggal itu. Ada juga rumor yang mengatakan bahwa Sultan bermimpi dan mendapat penglihatan bahwa kratonnya tersapu oleh air. Kemudian disusul dengan anjuran untuk memasak sayur lodeh dengan 7 macem sayur pada tanggal 6 Feb yang lalu dan dengan 12 macam sayuran pada hari senin, tanggal 7 feb yang lalu.

Jelas kan….semuanya itu membuat orang-orang menjadi panic! Ibu2 di gereja saling bercerita persiapan mereka menjelang hari-hari merah itu! Bagaimana suami-suami mereka menertawakan kekhawatirkan dan kepanikan istri-istri mereka. Anak-anak juga tidak hentinya bercerita tentang badai, termasuk Ine ponakanku, dengan sangat ingin tau dia bertanya, “bou imeng, klo ada badai mau lari kemana? Bou bisa berenang to? Kan bisa selamat klo ada air laut” what a question honey????!!!! Aku bingung, speechless.

Tanggal 9, hari libur karena bersamaan dengan tahun baru Cina. Aku memulai hari dengan bangun kesiangan. Matahari sudah mulai meninggi ketika aku bangun. Terik sekali, membuat malas untuk keluar rumah! ‘biasanya akan hujan lebat pada tahun baru Cina’ aku bersiap menerima hujan yang deras, yang dijadikan perlambang rejeki oleh masyarakat cina. Tapi hingga sore hari hujan tak kunjung datang, panas terik hingga kami se-rumah minum air es dan ngendon di rumah seharian. Hmmmm apa ini pertanda bahwa tahun ini miskin rejeki….duh aku juga sudah menjadi sama dengan ibu-ibu di gerejaku! Hidup dengan khawatir….

Hari ini tanggal 10 februari, hari yang juga diramalkan menjadi waktu kedatangan si badai, si angin ribut! Pagi hingga siang matahari sangat terik, aku dan suamiku mencuci pakaian dengan riang. Pisang bakar ditabur messes taburan keju dan secangkir teh madu, mhmmmm enak untuk santapan pagi, setelah mencuci! Berember-ember pakaian hehehe… sore hari, awan sudah menghitam dan hujan pun turun dengan lebat! Sebentar saja. Berhenti kemudian hujan lagi sebentar tapi lebat! Berhenti lagi, hujan lagi! Tapi tidak dengan angin ribut! Hannya hujan lebat yang sebentar-bentar berhenti.

Jadi inget telpon mama, tapi pagi kami bergossip, tentang macem-macem, termasuk issue angin ribut. Kata mama, di Medan juga ada issue yang hampir sama. Katanya akan ada gempa dahsyat dan air bah. Sebagai penolak bala, seluruh masyarakat dianjurkan untuk masak lemang, makanan dari ketan yang dibakar di dalam bambu khusus, rasanya gurih karna dicampur santan dan bumbu rempah. Salah satu tanteku membuat lemang bersama seluruh lingkungannya. Waduh…. Disana lemang di sini sayur lodeh…. Tapi sama-sama penolak bala.

Kejadian ini membuktikan betapa masyarakat Indonesia sangat trauma, tepatnya masih sangat trauma dengan bencana yang terjadi di aceh! Ketakutan serta kepanikan membuat lupa akan logika dan Tuhan yang maha kuasa. Mengandalkan informasi ketok-tular, informasi dari mulut-ke mulut yang belum jelas kebenarannya. Begitu mudahnya masyarakat diprovokasi!

OKlah…. Itu realita kondisi masyarakat Indonesia, termasuk saya. Angin ribut, gempa, hujan badai bukan sebuah hukuman dari Tuhan. Hanya sebuah reaksi dari alam untuk menyeimbangkannya setelah sekian lama diekplorasi oleh kita, manusia! Sudah hukumnya alam akan menyeimbangkan isinya.

1 comment:

Anonymous said...

Hay Imel...nulis ttg badai tropis juga ya rupanya...emang cukup bikin heboh ya...untungnya gak terjadi (atau belum?...ah...mudah-mudahan aja nggak ya...)