Saturday, July 10, 2004

TAMANSARI

Tamansari adalah lokasi yang memberikan kesan yang dalam terhadap orang yang pernah datang menyambanginya. Penduduknya yang ramah itu [malah kadang terlalu ramah], suasana desa fasilitas kota, dan pasti cagar budaya yang sangat menarik perhatian; sejarah, desain hingga puing-puing yang tersisa. Lokasi yang menarik perhatian, bukan hanya turis lokal dan manca negara, juga peneliti, NGO, mahasiswa, dan pasti pemerintah pusat dan daerah. Banyak elemen yang punya kepentingan disana.

Jangan tanyakan program yang telah selesai, program yang sedang dijalankan dan progam yang akan datang. Banyak sekali lebih dari 30an program sejak tahun 1966. Semua atas nama ‘kebaikan’ situs dan masyarakat penghuni. Buahnya dapat kita lihat sekarang; Kompleks Umbul Binangun dan beberapa bangunan lainnya, sedang direnovasi, dikembalikan seperti semula. Ada jalur drainase yang sedang dibangun untuk memperlancar pembuangan dan penyerapan air, sehingga tiada banjir dan genangan air.

06-09 Juli 2004, hampir sepanjang hari kuhabiskan menapaki jalan labirin Tamansari. Ditemani pak Kelik dari Kelurahan Patehan dan Artha. Kami membawa perlengkapan survey untuk mendokumentasikan hunian dan bangunan yang menempel pada situs, yang berjarak 1-3 meter dari bangunan situs, serta mewawancarai beberapa warga untuk mendapatkan pendapat warga terhadap lingkungan dan kehidupan mereka.

Sungguh mengejutkan, ternyata masyarakat sudah merasa sangat jenuh dengan orang-orang seperti saya, yang bertanya pertanyaan yang sama dengan semua yang pernah meneliti dikawasan ini. Bertingkah laku sama dengan yang lain, mengukur, memotret, menyuting, menghitung dan tingkah polah surveyor pada umumnya.

Apa yang masyarakat rasakan? Kekhawatiran akan relokasi [judul proyek yang saya terima ‘Relokasi Hunian Kawasan Tamansari’, kebayangkan kalo ditolak melulu sama warga] karena relokasi adalah kata beradab dari sebuah upaya penggusuran.
Apa yang masyarakat inginkan? Ketegasan, jika memang harus dipindah, maka yang secara tegas mengatakan mereka harus pindah adalah ketegasan Sultan sebagai pemilik tanah.

Namun pemerintah tidak pernah merasakan apa yang dirasakan oleh warga Tamansari. Pemerintah tidak mengalami rumahnya disantroni oleh banyak pihak dengan kepentingan berbeda, yang mengutik-utik ‘hak’ milik pribadi atas nama pembangunan. Ketegasan Kraton lewat Sultan akan ada jika dari pihak pemerintah memiliki solusi yang tepat untuk warga Tamansari. Selama belum ada jaminan dari pemerintah, tidak ada ‘mendiko’ dari sultan untuk merelokasi tamansari.

Terkatung-katung. Tidak ada kepastian. Tinggal aku yang akan meneruskan studi ini. Apakah hasilnya akan menjadi dasar kebijakan yang membawa angin segar pada masyarakat tamansari atau sama saja dengan beberapa studi yang pernah dilakukan sebelumnya, hanya menyenangkan subyek pelaku bukan obyeknya. Entah lah..entah..

No comments: