BERFIKIR & MENIKAH
Berfikir sudah menjadi kegiatan sehati-hari manusia. Tidak perlu mengeluarkan kata-kata, cukup dengan lintasan khayal sudah dikatakan sedang berfikir. Jika sudah tidak mampu lagi berfikir, kita bisa meragukan apakah dia mampu mencerna lingkungannya dengan baik dalam perbuatan.
Dari kegiatan berfikir itu, diantaranya ada yang liar, khayalan kosong sekedar menyenangkan hati, tapi kadang ada ide yang cemerlang, yang membutuhkan perlengkapan dan kemampuan otak pada tahap berikutnya. Ide cemerlang biasanya menimbulkan hasrat untuk mewujudkannya, yang kita kenal dengan Visi. Dalam pencapaiannya, kita menyusun strategi, yang kita sebut dengan Misi.
Namun adakalanya rencana yang sudah kita susun dengan strategi yang matang bisa bubrah hanya karena kesalahan kecil saja. Misalnya, seperti hari ini, saya ingin lembur pekerjaan laporan studi tamansari dan shopping, dan rencana itu tidak terlaksana dengan baik hanya karna AC mobil kantor!
Loh kok bisa?! Ya bisa saja, siang tadi harus ke seturan bareng Pak Tom untuk survey ruangan untuk lokakarya. Udara jogja sangat panas, panas sekali. Begitu masuk ke mobil, AC-nya menyala dengan sangat kencang dan mengarah ke ubun-ubunku. AC tidak segera ku pindah arah, karena aku harus menerima barang-barang yang akan dibawa ke seturan.
Hasilnya, kepalaku nyut-nyut, pusing bukan main. Pengen mumun juga neh...
Maklum, ndeso, gak kuat ama AC.
Dan sekarang tidak bisa lembur, hilanglah waktu kerjaku 5 jam. Untung –hik orang indonesia banget- ada Ferro ama Artha yang mengerjain skema, cadd, dll.
Terkadang Visinya juga udah jelas, Misinya yang masih penuh tanya.
Contohnya, menikah. Menikah adalah perkataan yang lebih tepatnya permohonan orangtuaku yang hingga sekarang masih pada tahapan ‘proses’.
Dengan logika yang sangat dikedepankan, aku dan orangtua berdiskusi dan berdebat tentang waktu yang tepat untuk menikah! Sebuah komunikasi yang baik menurutku, karena hasilnya sangat demokratis. Bapak mengerti apa konsepku tentang pernikahn dan menerimanya. Ibuku lebih lagi, maklum Mama dibesarkan dikeluarga yang sangat demokratis. Senang dan bangga, karna aku punya orang tua yang punya pemikiran ke depan, mengerti ‘masalah’ orang muda.
Tapi semuanya bubrah, hanya karena ARISAN!
That small community give some advices to my parents, the way how to push me to get married as soon as possible!
And they practise all they advice, and it really burning me...
Kenapa kamu menikah? Karna aku berfikir, aku harus menikah!
Itu saja....
Maksudnya: jangan banyak tanya dulu!!!
No comments:
Post a Comment