belajar dari Kampung
Kampung sering kali diasosiasikan dengan perumahan yang ruwet, kumuh, jorok, klas rendah dan tidak modern. Kampungan sering kali kita tujukan pada orang yang berciri di atas.
Tapi, kami, yang ngubeg-ubeg kampung kota Jogja setiap senin malah dapat banyak pelajaran mengenai cairnya kebutuhan private-public, multipurposes, simplicity, low temper for using space=adaptation one for all, all for one.
Senin besok, tanggal 18 Maret, kami akan jalan lagi ke kampung tepian kota.
Ekskursi pada mata kuliah kampung kota merupakan kegiatan yang menghantar mahasiswa ke laboratorium perkotaan yang ada di sekitar kita, kampung-kampung kota yang ada di kota Yogyakarta.
Pada kegiatan ekskursi pada semester ini, dititik beratkan pada kampung di pinggiran kota, Wedomartani, Kaliurang [sekitar UII] dan Sidoarum. Secara administrasi, wilayah ini tidak berada di pusat kota Yogyakarta. Semua berada di luar lingkar ring road yang membungkus kota Yogyakarta.
Namun perkembangan pada setiap kurun waktu memberikan jejak pada wilayah kota, termasuk pinggiran yang berkembang menjadi satu kesatuan dengan pusat kotanya. Pergeseran ini akan mengakibatkan perubahan pada kampung yang semula berada di pinggir kota dan kini berada di ‘kota’.
Ketiga wilayah ini memiliki karakter yang sangat unik, Kaliurang merupakan contoh perkembangan wilayah dengan Kampus sebagai generatornya, Wedomartani merupakan perkembangan wilayah yang disebabkan pemenuhan kebutuhan akan perumahan di Kota Yogyakarta. Sedangkan Sidoarum merupakan wilayah yang sangat kompleks, selain perkembangannya untuk memenuhi kebutuhan perumahan, juga sebagai jalur menuju kota-kota di sebelah Barat kota Jogja.
No comments:
Post a Comment