Monday, April 04, 2005

BAPAK

Sosoknya selalu pergi jam 8 pagi dan pulang menjelang matahari terbenam. Setiap pagi, dengan motor kopling merahnya, sosok itu mengantar istrinya bekerja. Berusaha sekeras mungkin agar sang istri tercinta tidak terlambat. Hingga kini, walau motor kopling merahnya sudah berubah menjadi jeep biru tua.

Keempat orang anaknya selalu dibuatnya repot setiap pagi. Dengan sepenuh hati, sosok itu akan membangunkan anak-anaknya. Mengingatkan bahwa bangun pagi itu baik, supaya kesempatan hari ini dapat diraih sebanyak-banyaknya sejak pagi. Kesempatan yang tidak ada jadwal tetap kapan datang dan perginya. Lebih baik berjaga, katanya. Sebab jikalau kamu kehilangan satu langkah saja, maka kesempatan itu akan diambil orang lain. Lalu penyesalan akan menghampirimu dan membuat hatimu terasa sakit, karna sinyal otak menyatakan bahwa kau gagal karna kemalasan. Bukan karna ketidak-mampuan.

Hari berganti, anak-anakpun pergi merantau satu persatu. Mengejar cita-cita, juga cinta! Sosoknya selalu melepas dengan senyum kepercayaan. Tidak ada kata penolakan dari bibirnya, hanya perlu membuktikan bahwa dikau memang bisa dipercaya. Support selalu diberikan kepada anak-anaknya. Betapapun budaya dan pemikirannya sudah jauh berbeda, dia selalu berusaha untuk ‘mengerti’ dan ‘memenuhi’ semua kebutuhan anaknya. Maklumlah, dia tidak pernah mengecap pendidikan setinggi mereka!

Ujian hidup tidak henti-hentinya, disaat semua orang menyatakan, “Selamat! Kau berhasil mendampingi anakmu! Lihatlah, mereka sekolah di univ. negeri. Sebuah keberuntungan bagi anda! Alam mengujinya, usaha yang dijalankan dijangkiti virus, mulai flu burung hingga virus koi. Ladang yang subur menjadi kering. Kebun subur disabot, sulit untuk mengadu jika preman lebih berkuasa dari ‘penguasa’. Kehilangan banyak di usia senja. Anak-anak pun harus beradaptasi. Berat sungguh.

Lihatlah sosok itu. Tetap bersahaja! Setiap minggu tidak pernah absent membacakan berita, selalu bergegas di malam sabtu dan selalu memberikan dedikasi dan tanggungjawab penuh. Tak lupa anak-anak selalu disapa, bak teman lama, akrab dan saling percaya. Dia hapus kesedihan dan kehawatiran anak-anaknya dengan canda dan pembuktian. Keadilan dunia tidak akan memberikan kepuasan! Cukuplah. Kita tidak pernah berkekurangan, katanya pada istri dan anaknya. Istrinya juga melihat dan berpanutan padanya, mendukung bahkan berpartisipasi dalam pelayanannya. Lihat anaknya, juga menantunya. Semua belajar darinya. Semua memberikan suka cita baginya [sosok itu sendiri menyatakan kebahagiannya!].

Hari ini, sosok itu semakin tua, namun tetap penuh sahaja. Kebijaksanaan keluar dari bibirnya, kesabaran selalu melekat di hatinya, pengertian setia di dalam pikirannya, kesetiaan tak henti diajarkannya dan semangat tak pernah padam di kesehariannya.

Selamat Ulang tahun BAPAK! 58 tahun kini usiamu. Masih sederet cita-dan-anganmu, semoga kelak tercapai. Kami sangat menyayangimu.

Tuhan memberkati. SELALU.

No comments: