Kenalkan, namaku SOVIE
“Hallo, namaku Sovia, boleh dipanggil Sovie…,’ begitulah
sahabatku memperkenalkan bayinya yang masih merah. Bayi itu begitu mungil,
tangannya masih dibungkus agar tetap hangat, matanya belum terbuka penuh dan
kulitnya pun masih terlihat merah. Waktu itu Sovie masih berumur 2 minggu ketika
saya mengunjunginya.
“Hallo adik Sovie… Ini Tante Imeng, teman ibu kamu… yang
nemenin kamu juga pas lagi di perut ibu. Hehee…nonton film…beli lotek…” kata
saya sambil tertawa kecil mengingat kebingungan saya akan begitu mudahnya
perubahan emosi sahabat saya selama hamil.
Ya… betapa bingungnya saya ketika saya komentar kalau
baju warna coklat yang dia kenakan seperti warna baju pramuka dan reaksinya
adalah menangis. Aduh-aduh, bagaimana ini, saya panic bertanya pada diri
sendiri dan tidak menemukan jawaban apapun karena tidak punya pengalaman
berteman dengan perempuan yang sedang hamil. Baru dengan sahabat saya ini, dan
saya tidak meng-up-date informasi tentang mood seorang ibu yang sedang
mengandung.
Mungkin bagi sahabatku, pertemuan adik Sovie denganku
hanya sebuah pertemuan biasa, antara teman ibunya dengan anak bayi yang baru
lahir. Tetapi bagi saya, ini merupakan sebuah jendela informasi baru kehidupan
seorang perempuan setelah menikah dan menjadi ibu. Saya melihat perubahan
sahabatnya, betapa lembut tatapannya terhadap Sovie, betapa halus gerak tangan dan
tubuhnya ketika memegang dan menggendong Sofi…. Oh, beginikah rasanya menjadi
ibu?
“Eh, kenapa pilih nama Sovia?” tanyaku.
“Sofia menurut Islam artinya menawan, indah dan cantik. Aku
berdoa lewat nama anakku semoga kelak menjadi perempuan yang menawan, indah dan
cantik lahir dan bathinnya, tapi ‘F’-nya saya ganti ‘V’, dari namanya saya
Viona..”
Aku tertegun. Oh… ternyata sebegitu dalam makna nama
seorang anak. Ada doa orang tua dihantarkan di dalamnya.
“Supaya singkat dan lebih manis, aku memanggilnya Sovie….
Coba dengar, ‘Sovie…mau minum, nak?’ tuh…lebih manis kan….” sambungnya.
Saya mengangguk dan tersenyum melihat reaksi adik Sovie yang
mencoba memasukkan tanyannya yang terbungkus kain itu ke dalam mulutnya.
****
Saya pulang, lebih tepat dengan ‘kami’ pulang. Benar,
lama sekali rasanya meninggalkan kota ini. Wow..almost 7 years. Awalnya,
setelah menikah, saya mendampingi suami yang mendapatkan beasiswa studi lanjut
di luar negeri. Tuhan memberikan rejeki yang tidak putus, setelah S2, suami pun
mendapatkan kesempatan studi S3. Lalu saya pun diberi peluang untuk studi S2. Dalam
proses studi ini pun kami dikaruniai serorang anak perempuan. Kami panggil
Puan, sekarang berumur 1 tahun.
Setelah mengurus administrasi ini dan itu, kami pun
keluar menyongsong hari-hari baru kami di kota ini. Saya layangkan pandangan ke
sekeliling. Mencari sosok yang saya ingat jelas, seorang sahabat yang berjanji
menjemput kami, Viona. Pandanganku terhenti pada lambaian sepasang tangan
mungil, dibelakangnya berdiri sahabatku dengan suaminya. Mereka semua tersenyum,
saya dan suami pun tersenyum. Sungguh, hari pertama yang sangat menyenangkan.
Kami dorong trolley kea rah mereka.
“HI…. Bagaimana perjalanan? Wah… adik Puan tidak rewel
kan?”
Kami pun berpelukan.
“Hallo, Tante… kenalkan, saya Sovie…”
Ada tangan mungil yang menyambut tanganku dengan
genggaman hangat, ada senyum ramah mengembang di bibirnya, ada mata jenaka yang
berbinar menatap ke arahku.
“Sovie… waahh… kamu sudah besar ya…cantik lagi. Sudah kelas
berapa, nak?”
“Hehe…kelas 2 , Tante. Mhmm, nama adik kecil siapa?”
matanya memandang anakku, Puan, yang sedang kugendong.
“Namanya Puan. Puankinanti karna dia anak perempuan yang
Tante dan Om nantikan,” kujelaskan sambil mendekatkan Puan kea rah Sofi.
Ya, ini Sovia, dipanggil Sovie….yang dulu, 7 tahun yang
lalu masih bayi merah, rajin menyusu kepada ibunya. Kulihat dia sekarang, tidak
hanya cantik, tetapi tumbuh menjadi gadis kecil berbudi pekerti. Seperti doa kedua
orangtuanya yang diceritakan ibunya kepadaku.
Anak yang mengajariku bagaimana berinteraksi dengan bayi,
mengajariku mengenal naluri ‘ibu’ yang kini kusalurkan dengan Puan, anakku.
Benarlah, dia…SOVIA, panggil saja SOVIE:
Anak perempuan yang menawan senyumnya, indah rambutnya
dan cantik budi pekertinya.
sebuah tulisan untuk GTS
4 comments:
Nice story, kehadiran seorang anak di keluarga adalah hal yang paling menyibukan tetapi mempunyai kenangan sepanjang hayat,,,
Salam Kenal gie
this your site really helpful and please visit back to ST3 TELKOM
Visit back to site..
st3telkom.ac.id
Post a Comment