manusia URBAN
Ternyata jadi orang urban tidak selamanya enak. Sebab, sebagai orang urban, pekerjaan juga dikerjakan dengan mengunakan peralatan urban. peralatan urban sangat berbeda filosofi bekerjanya dengan peralatan tradisional. contohnya saja untuk membajak sawah, yang urban alat bajaknya dioperasikan dengan mesin dan bahan bakar, sedang alat tradisionalnya cukup dengan alat yang dioperasikan oleh sapi.
Memang tidak dipungkiri, banyak pekerjaan yang berhasil diselesaikan dengan mudah dan cepat dengan peralatan urban. Mau cetak, tinggal enter, mau bikin foto tinggal jepret, dsb. Informasi juga sangat cepat diakses dengan peralatan urban, seperti TV, Radio dan Internet. Kita tidak hanya hidup dan berkarya didunia nyata, tapi juga di dunia maya, yang menjadi dimensi 3.5 (dimenasi ke 4 kan waktu). Sangat beruntung yaaa...
Beberapa hari yang lalu, aku mengalami: tidak enaknya tergantung pada peralatan urban. Mungkin karena diperlakukan ala peralatan tradisional, laptop-ku gak mau di booting. ada sesuatu yang hilang sehingga tidak dapat dideteksi oleh sistem window. PANIK.. itu satu kata yang menjelaskan keadaanku pada saat itu. Bagaimana dataku, proyek yang belum slesei. Foto-foto kenangan, surat-surat dari teman, duh...game yang bikin aku relax ataupun game yang bikin pusing....nilai-nilai mahasiswa juga ada disitu....waduh!!!!
Ternyata aku sebagai orang urban, belum memperlakukan perlengkapan urbanku sebagaimana mestinya. Sehingga kini aku bisa mengatakan bahwa aku belum menjadi seorang urban yang sepenuhnya. Masih separuh2, ato sebutlah sebagai semi-urban. Mengoperasikan perlengkapan digital dan electronik aku dah bisa, tapi belum bisa merawatnya. Tv kalo siarannya gak jelas, endak semeng/puas kalo gak ngotok bodynya. HP kalo sinyalnya kecil, pasti diguncang-guncang, diputar-putar, sampe merasa puas (padahal sinyalnya juga belum tentu membaik).
Bagaimana dengan anda? seberapa urban-kan anda?
No comments:
Post a Comment